Kualitas Protein Ulat Sagu (Rhynchophorus bilineatus)
DOI:
https://doi.org/10.31957/jbp.556Abstract
Protein merupakan salah satu makronutrien penting bagi tubuh. Fungsinya sebagai zat pembangun dan memelihara sel-sel dan jaringan tubuh, menyebabkan kekurangan protein akan berakibat serius bagi kesehatan. Salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan protein adalah dengan pemanfaatan bahan pangan lokal. Ulat sagu (Rhynchophorus papuanus) telah lama dikonsumsi oleh masyarakat asli Papua dan Maluku sebagai pelengkap (lauk) bubur sagu (papeda) dan diketahui dari kandungan zat gizinya dapat berperan sebagai sumber protein. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas protein ulat sagu (Rhynchophorus papuanus). Ulat sagu dikembangbiakkan pada media batang sagu dengan tiga varietas sagu masing-masing adalah Debet Embyam, Kutu blup, dan Kutu Mamakutu (berdasarkan pengetahuan indigineus etnik Moy). Dilakukan analisis kimiawi untuk mengetahui kadar protein, lemak, air, dan abu. Sedangkan kualitas protein ulat sagu ditentukan dengan penentuan NPR (net protein ratio) dan penentuan nilai kimia asam amino. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ulat sagu mengadung protein dengan kualitas cukup baik, yang diperlihatkan dengan nilai kimia asam amino ulat sagu, masing-masing yang dikembangbiakkan pada Debet Embyam = 97,54%; Kutu blup = 80,77%; dan Kutu Mamakutu = 77,53% dengan asam amino pembatas metionin. Sedangkan nilai NPRnya masing-masing 3,31; 3,16; dan 3,17. Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap nilai NPR ketiga perlakuan tersebut.
Key words: Kualitas protein, ulat sagu, Maribu, Jayapura.
Downloads
References
AOAC. 1990. Official methods of analysis of AOAC International. 16th Edition. Vol 1. Agriculture Chemical, Contaminan, Drugs.
Flach, M., F.J.G. Cnoops., and G.CHR. van R Jansen. 1977. Tolerance to salinity and flooding of sagoo palm seedling: preliminary investigation. In:: Tan, K (Ed.). sago 76. Papers on the first int. Sago symp. Kucing, 5 – 7 July 1977.
Harsanto, P.B. 1990. Budidaya dan Pengelolaan Sagu. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Istalaksana, P. 1994. Sifat – sifat dan kajian pemurnian minyak ulat sagu (Rhynchoporus papuanus). Thesis. Universitas Cenderawasih, Yogyakarta.
Rumawas, F. 1991. Budidaya Sagu dengan Catatan Khusus. Prosiding Seminar Pengembangan Sumber Daya Sagu I di Irian Jaya. Faperta Uncen. Manokwari, 10 – 11 Desember 1991.
Renyaan, S.J., Herny E.A. Simbala., dan Daniel Lantang. 1996. Studi Awal Identifikasi Jenis Sagu di Desa Maribu Kec. Depapre, Kabupaten Jayapura, Irian Jaya. Laporan Penelitian. FKIP, Universitas Cenderawasih, Jayapura.
Sediaoetama, A.D. 1991. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa. Jilid 1. Dian Rakyat, Jakarta.
Sudarmadji, S., B. Haryono., dan Suhardi. 1984. Prosedur analisa untuk bahan makanan dan pertanian. Edisi Ketiga. Penerbit Liberty. Yogyakarta. pp: 51–52; 61; 77–78.
Haryanto, B dan P. Pangloli. 1992. Potensi dan pengolahan sagu. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Lavenbook, L. 1985. Insect storage protein in Comprehensive Insect Physiology. Biochemistry and Pharmacology. 10: 307 – 339.
Notohadiprawiro, T., & J.E. Louhenapessy. 1992. Potensi sagu dan penganekaragaman bahan pangan pokok ditinjau persyaratan lahan. Porsiding Simposium Sagu Nasional. Ambon, 12–13 Oktober 1992.
Wingglesworth, V.B. 1972. The principle of insect physiology. Seventh Edition. English Language Book Society and Chapman & Hall. p: 597.